Senin, 23 Desember 2013

TULISAN TUGAS KE 2 PSIKOLOGI MANAJEMEN CONTOH KASUS KERJA

Anggota Kelompok :
Achmad Nursidik       : 13509020
Armono                       : 13509517
Imas Amalia               : 15509505
Siti Utami                   : 13509449

CONTOH KASUS STRES KERJA
A.  Definisi Stres
Menurut EP. Gintings ( dalam Rochman 2010 ), stres adalah reaksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami oleh seseorang dalam beberapa hal. Pertama, keletihan dan kelelahan akibat kehidupan. Kedua, suatu keadaan yang dinyatakan oleh suatu sindroma khusus dari peristiwa biologis baik menyenangkan maupun tidak. Ketiga, mobilisasi pembelaan tubuh yang memungkinkan adaptasi terhadap peristiwa kekerasan atau ancaman. Keempat, terganggunya mekanisme keseimbangan dalam diri seseorang yaitu keseimbangan luar yang sifatnya fisik, mental dan spiritual oleh karena perubahan yang mendadak yang sifatnya tidak menyenangkan. Kelima, mengecilnya potensi seseorang karena adanya luka-luka perasaan, berat badan dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam diri seseorang. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa stres merupakan ungkapan reaksi tubuh manusia terhadap setiap tuntutan yang dialami olehnya dan merupakan mobilisasi atau gerakan pembelaan tubuh manusia.
B.  Contoh Kasus Stres Kerja
1.   Stres Kerja, Menyebabkan kematian
Terlihat seorang wakil pembicara dan karyawan yang berkumpul di luar pabrik Foxconn di Shenzhen, Provinsi Guangdong Cina selatan pada sebuah dokumen foto yang diambil tanggal 24 Februari 2010. “Perusahaan hanya mementingkan kepentingan bisnisnya dengan memeras tenaga karyawan, sementara upah pekerjanya sendiri masih sangat rendah, ironisnya karyawan tidak berdaya akan kebijakan ini”. Pemogokan di Perusahaan Honda Motor dan serentetan bunuh diri karyawan di Foxconn Technology (produsen raksasa elektronik untuk industri seperti Apple, Dell dan Hewlett-Packard) membuat Pemerintah Cina harus melakukan pertemuan dengan perwakilan Management Perusahaan.
Seorang Insinyur berumur 28 tahun yang bekerja untuk Foxconn (pembuat iPhone, iPads dan gadget elektronik lainnya termasuk Apple Inc) meninggal dunia “kematiannya mendadak” di rumahnya di dekat pabrik Foxconn Shenzhen di provinsi Guangdong China selatan. Penyebab kematian sedang diselidiki dan “kita sedang mengumpulkan informasi-informasi pendukung penyebab kematian insinyur ini termasuk keterkaitannya dengan pekerjaan,” kata salah satu perwakilan management perusahaan.
Surat kabar Ming Pao di Hong Kong, melaporkan bahwa salah satu kerabat dekat Insinyur mengklaim kematian rekan kerjanya itu dikarenakan “stres kerja”, setelah bekerja 34 jam tanpa istirahat. Dampak dari laporan surat kabar yang terbit langsung direspon positif oleh Perusahaan dengan mengumumkan pemberian 30 % bonus pada karyawannya untuk meningkatkan dan membantu terciptanya lingkungan kerja yang lebih baik selain itu kerja lembur karyawan akan dikurangi sehingga bisa lebih banyak waktu untuk beristirahat. Aktivis ketenagakerjaan menuduh perusahaan memiliki gaya manajemen yang kaku, dan karyawannya dipaksakan untuk bekerja terlalu keras, namun Foxconn menyangkal tuduhan ini. Dalam setahun ini di Foxconn Company “Sepuluh pekerjanya telah bunuh diri dan tiga lainnya melakukan percobaan bunuh diri, rata-rata mereka tewas karena terjun dari atas bangunan.

2.   Cara Penanganan
Kasus ini menerangkan mengenai aksi protes para pekerja Foxconn di China yang mengatakan bahwasanya pihak perusahaan tidak memikirkan hak para pekerja. Upah yang diberikan tidak setimpal dengan apa yang dikerjakan. Hal tersebut terbukti dengan tewasnya salah satu karyawan PT.Foxconn yang mati dirumahnya akibat stres kerja. Stres yang dialami pekerja tersebut dikarenakan perusahaan menuntut untuk bekerja keras tanpa istirahat.

3.   Analisis kasus dengan teori stres
Berdasarkan kasus diatas para pekerja telah mengalami dampak psikologis yang cukup membahayakan karena sampai melakukan bunuh diri hanya karena stres dengan pekerjannya. Stres yang dialami oleh pekerja tersebut ialah sesuai dengan pengertian menurut Widyastuti (2003) yang menyatakan bahwa stres kerja merupakan ketegangan yang dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang timbul dari beban kerja yang berlebihan, tuntutan tugas yang mendukung terjadinya hal tersebut. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penunjang lainnya seperti halnya bertambahnya tanggung jawab tanpa adanya penambahan upah. Sehingga membuat para pekerja tidak dapat memenuhi kebutuhan hierarkinya berdasarkan teori Masslow. Diataranya mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis mereka seperti halnya pangan sandang dan papan. Hal tersebut dikarenakan upah yang mereka terima tidak setimpal atau tidak mencukupi.

4.   Kesimpulan kelompok terhadap contoh kasus
Solusi yang tepat adalah dengan merubah sistem kerja yang ada diperusahaan agar dapat memberi kenyamanan kepada para pekerjanya. Selain itu juga menyesuaikan upah setiap pekerja berdasarkan pekerjaan yang mereka lakukan, dengan begitu akan tumbuh motivasi mereka dalam bekerja. Sehingga para pekerja dapat bekerja dengan semangat yang nantinya akan berdampak baik bagi perusahaan. Berdasarkan pengertian motivasi yaitu suatu kekuatan potensial yang ada didalam diri manusia yang dapat dikembangkannya sendiri atau dapat dikembangkan dari sejumlah kekuatan dari luar yang ada berkisar sekitar imbalan materi dan non materi yang dapat mempengaruhi hasil kerjanya (Winardi, 2001).

Refrensi Sumber :

Rochman, K. L. (2010). Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press.
Widyastuti, P. (2003). Majanemen Stres. Jakarta: EGC.
Winardi. (2001). Motivasi dan Pemotivasian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.



TULISAN TUGAS KE 2 PSIKOLOGI MANAJEMEN PENGALAMAN STRES

Anggota Kelompok :
Achmad Nursidik       : 13509020
Armono                       : 13509517
Imas Amalia               : 15509505                                               
Siti Utami                   : 13509449

Subjek : Achmad Nursidik
Pengalaman stres saat mengerjakan PI (penulisan ilmiah)
PI adalah singkatan dari penulisan ilmiah yang merupakan tugas akhir untuk mahasiswa Diploma 3 atau berada di tingkat 3 (semester 6) Universitas Gunadarma, sebutan PI lebih di kenal dengan nama Proposal untuk tugas akhir mahasiswa Diploma 3 atau semester 6 di universitas lain. PI akan tugas akhir bagi mahasiswa Diploma 3, tapi bisa juga menjadi awal dari tugas akhir bagi mahasiswa tingkat Strata 1 atau S1 (sarjana), Skripsi. Prosedur PI untuk bisa menjadi skripsi adalah apabila judul PI dianggap masih bisa dikembangkan tim dosen pembimbing skripsi atau juga tim dosen penguji sidang PI. Bila itu, judul PI bisa di pakai sebagai judul skripsi, dengan begitu mahasiswa yang bersangkutan dalam pengerjaan skripsinya tinggal melanjutkan PI-nya yang sudah selesai.
PI berisi 3 bab. Bab 1 merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian. Bab 2 merupakan tinjauan pustaka masalah yang diteliti yang berisi teori dari variabel yang diteliti dan dinamika masalah. Bab 3 merupakan metode penelitian. Bila mahasiswa pemilik judul PI yang bisa dilanjutkan untuk memenuhi tugas akhir sarjananya (S1), ia tinggal mengerjakan bab 4 dan bab 5 saja. Bab 4 pada skripsi berisi hasil penelitian dan bab 5 berisi kesimpulan penelitian. PI maupun skripsi harus bisa diselesaikan oleh semua mahasiswa, karena PI dan skripsi merupakan syarat kelulusan bagi individu yang menempuh pendidikan di bangku kuliah untuk tingkat Diploma 3 dan S1.
PI dianggap lebih penting ketimbang tugas mata kuliah lainnya, oleh karena itu mahasiswa akan mencurahkan pikiran, waktu dan tenaganya yang lebih banyak pada PI ketimbang tugas mata kuliah lainnya. Dalam usaha penyelesaian PI, banyak mahasiswa yang mengalami stres, stres tersebut dikarenakan oleh kendala yang dialami oleh mahasiswa dalam usaha penyelesaian PI-nya. Kendala dalam usaha penyelesaian PI tersebut bisa berupa sulitnya mendapatkan judul yang di setujui oleh dosen pembimbing dan sekretariat jurusan fakultas, sulitnya mencari teori yang tepat, sulitnya penulisan latar belakang masalah pada bab 1 dan dinamika masalah pada bab 2, juga pemilihan metode penelitian yang tepat bagi masalah yang diteliti, sulitnya komunikasi dengan dosen pembimbing dan banyak lagi kesulitan-kesulitan lainnya yang secara struktur tidak ada kaitannya dengan PI, misal : adanya tugas-tugas kuliah lainnya yang urgen untuk segera diselesaikan dan mungkin juga tugas-tugas personal mahasiswa dalam kehidupan pribadinya.    
Berikut ini merupakan pengalaman saya dalam usaha penyelesaian PI saya. Saat saya tengah berusaha menyelesaikan PI saya, saya kehilangan banyak waktu, tenaga, pikiran dan juga materi saya. Di semester 6 ada banyak mata kuliah yang memiliki tugas yang juga cukup menguras tenaga, pikiran dan juga waktu saya dalam usaha penyelesaian tugas-tugas tersebut. Selain itu, saya juga harus menjalankan bisnis yang saya jalani. Banyak orderan yang saya terima dalam bisnis saya. Selain bisnis untuk mendapatkan uang, saya juga menjalankan proyek-proyek pengadaan barang yang diminta oleh teman saya dari luar kota.
Banyaknya tugas dan kegiatan yang harus saya lakukan dalam waktu yang berurutan, bahkan dalam waktu yang bersamaan membuat saya merasa benar-benar tertekan dengan semua hal yang harus saya hadapi, kerjakan dan selesaikan dengan baik tersebut bila saya menginginkan hasil yang terbaik dari semua tugas dan kegiatan yang saya lakukan. Hal-hal tersebut berupa tuntutan dosen pembimbing PI yang sulit saya penuhi, tugas-tugas mata kuliah lainnya yang menumpuk dan sudah mendekati deadline-nya, serta pemenuhan (pengiriman) orderan barang pesanan client bisnis dan pengadaan barang pesanan teman dari luar kota. Semua itu membuat saya merasa dan berfikir bahwa saya tidak akan sanggup menyelesaikan semua itu dalam waktu yang bersamaan dan dengan hasil yang baik. Perasaan dan pikiran saya tersebut membuat tidak tahu apa yang harus saya lakukan, otak saya terasa kosong (blank). Saya merasa stres.
Tidak tahu apa yang harus saya lakukan membuat jadwal kegiatan saya tidak beraturan, saya menjadi sering lembur hingga kurang tidur dan pola makan saya pun tidak teratur karena saya harus memaksakan diri untuk fokus pada tugas-tugas, PI dan pemenuhan order client. Karena sikap pemaksaan diri saya dalam mengerjakan tugas-tugas, PI dan pemenuhan order client saya sampai merasakan perasaan kesepian. Perasaan kesepian tersebut timbul karena saya sering menarik diri dari teman-teman saya saat teman-teman saya sedang berkumpul karena saya harus kembali mengerjakan tugas, PI dan pemenuhan order client. Selain menarik diri dari teman-teman, saya juga banyak mengkonsumsi kopi dan rokok agar bisa fokus dalam menyelesaikan tugas, PI dan pemenuhan order client. Kurang tidur, kurang makan, banyak merokok dan minum kopi membuat kesehatan pencernaan saya kurang baik, ditambah dengan perasaan kesepian karena jarang berkumpul dengan teman-teman membuat perasaan saya sensitif, saya mudah marah. Semua itu membuat tugas-tugas dan aktifitas bisnis saya tidak terselesaikan dengan baik dan menurunkan semangat saya untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah, menerima orderan dan menjalani bimbingan PI selanjutnya.
Kurang lebih selama 2 bulan saya mengalami keterpurukan itu. Maksud dari keterpurukan itu adalah aktifitas bisnis yang menurun mengakibatkan penghasilan saya menurun, intensitas interaksi dengan tema-teman yang minim membuat saya kurang mendapatkan informasi tentang kegiatan bersama yang dilakukan teman-teman, tugas-tugas kuliah yang tidak terselesaikan dengan baik, serta intensitas bimbingan PI bersama dosen pembimbing yang tidak lancar. Hingga akhirnya saya temukan metode penanganan semua kesulitan saya tersebut. Metode itu saya dapatkan dimulai dari informasi PI yang saya dapatkan dari kakak kelas, kata kakak kelas saya tersebut “PI itu ngga harus selesai semester 6 aja, tapi bisa dilanjut ke semester berikutnya”.  Dari informasi itu saya mendapatkan metode yang saya rasa tepat untuk mengatasi semua kesulitan saya mengenai pengerjaan tugas-tugas kuliah dan order barang.
Dari metode itu saya jadi tahu mana yang harus saya prioritaskan dan mana yang bisa saya abaikan lebih dulu, saya jadi tau apa yang harus saya lakukan. Berikut ini, merupakan hal-hal yang saya prioritaskan dan tidak beserta alasan kenapa saya memprioritaskan tidak memprioritaskan hal-hal tersebut, antara lain :
a.    Mengerjakan tugas-tugas kuliah, agar nilai saya pada mata kuliah yang bersangkutan tidak mengenaskan (hancur).
b.   Terima dan layani order client, agar saya memiliki penghasilan dan tidak mengharapkan uang pemberian orang tua saja.
c.    Istirahat bila tubuh memang sudah kecapaian, tidak memaksakan diri hingga lembur agar kesehatan tetap terjaga dan pikiran tetap jernih.
d.   Ikut berkumpul bersama teman-teman saat teman-teman berkumpul, agar saya tidak lagi merasa kesepian dan marah-marah ga jelas.
e.    Makan saat waktu makan tiba, agar tubuh tetap memiliki energi yang cukup untuk melakukan aktifitas selanjutnya.
f.    PI saya kerjakan bila semua poin yang saya sebutkan di atas sudah terpenuhi, ini saya lakukan karena saya merasa dan berfikir bahwa saya tidak akan bermasalah bila PI saya tidak selesai di semester itu (6).
 Dengan perlahan tapi pasti saya melaksanakan poin-poin yang saya sebutkan tadi di atas. Dan hasilnya, saya bisa sepenuhnya fokus tidak harus lembur dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah hingga tugas-tugas bisa terselesaikan dengan baik dan badan pun serasa fit karena istirahat saya cukup, orderan lancar hingga saya kembali mendapatkan penghasilan dan punya uang sendiri tanpa harus minta dari orang tua, saya tidak butuh lembur untuk bisa selesaikan tugas, kesehatan pencernaan yang baik kerena saya bisa mengurangi komsumsi rokok dan kopi agar bisa fokus dalam mengerjakan tugas. Karena semua jadwal aktifitas saya berjalan dengan lancar, kesehatan yang baik dan keuangan yang baik juga, membuat emosional saya stabil, saya tidak stres lagi.


TUGAS KE 2 PSIKOLOGI MANAJEMEN : STRES

Anggota Kelompok :
Achmad Nursidik       : 13509020
Armono                       : 13509517
Imas Amalia               : 15509505
Siti Utami                   : 13509449

TUGAS KE 2
 STRES
A. Definisi Stres
Stres merupakan kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang membebani kemapuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan, Tamher (2009).
Menurut John dkk (2006), Stres dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah, ataupun khawatir. Secara ilmiah semua perasaan ini merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu respon terprogram yang kompleks untuk mempersiapkan ancaman yang dapat menimbulkan hasil positif maupun negatif.
Sedangkan stres menurut Pedak (2009) merupakan respon yang tidak spesifik dari tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya.
Umar (1997) menyatakan stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Kondisi yang cenderung menyebabkan stres disebut stresor.
Stres menurut Dian (2008) adalah akibat dari suatu kejadian atau serangkaian pengalaman yang dimaknai negative dan tidak dapat dihadapi atau dilalui oleh seorang anak atau individu.
Berdasarkan teori-teori stres yang tertera diatas, tim penulis menyimpulkan definisi stres adalah suatu kondisi yang tercipta atas rasa gelisah yang di miliki oleh seorang individu terhadap satu atau beberapa hal yang harus individu tersebut hadapi. Perasaan gelisah dan khawatir tersebut bisa menuntun individu yang merasakan untuk melakukan satu atau beberapa tindakan sebagai respon individu terhadap perasaan gelisah dan khawatir yang individu tersebut rasakan. Satu atau beberapa tindakan tersebut bisa menghasilkan suatu tindakan yang positif maupun negatif, maksud dari hasil tindakan positif adalah penanganan yang baik terhadap perasaan gelisah dan khawatir yang dirasakan, dan maksud dari hasil tindakan negatif berupa kondisi individu yang semakin terpuruk akibat perasaan negatif yang tidak teratasi karena individu melakukan penanganan yang salah dan bahkan lari dari masalah. 
B. Beberapa macam stres menurut beberapa ahli :
Menurut John dkk (2006) Stres terbagi menjadi 2 macam yaitu :
1.   Stres respon adaftif
Stres respon adaftif merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.
Stressor dari stres respon adaftif bisa berupa suatu peristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial membahayakan seseorang.
Stres respon, merupakan bentuk suatu respons terhadap sejumlah stimulus yang disebut stressor yang merupakan peristiwa atau situasi eksternal yang secara potensial mengacam atau berbahaya.

2.   Stres stimulus
Stres stimulus merupakan anggapan stres sebagai sejumlah karateristik atau peristiwa yang mungkin menghasilkan konsekuensi yang tidak beraturan.
Defenisi tersebut merupakan definisi teknis dari stres, diadopsi dari ilmu fisika, stres merujuk pada kekuatan luar yang diaplikasi kepada suatu objek sebagai contoh sebuah balok penompang jembatan. Responnya adalah “tegangan” yang merupakan dampak dari kekuatan tersebut sebagai penompang jembatan.
Menurut Pedak (2009) stressor (sebagai stimulus stres) adalah variable yang dapat diidenfikasikan sebagai penyebab timbulnya stres. Stressor dapat berasal dari dalam diri, tubuh dan luar tubuh. Sumber stres dapat berupa biologis atau fisiologis, proses kimiawi, psikologis, sosial dan spiritual. Terjadinya stressor tersebut dipersepsikan individu sebagai ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis bahkan spiritual.
Stres sebagai respon (suatu rangsangan) yaitu keadaan yang timbul pada saat invidu berhubungan dengan situasi tertentu. Transaksi antara individu dengan situasi ini tidak mengganggu, hanya cara individu menilai.
Respons mempunyai beberapa komponen, antara lain :
a.    komponen psikologis seperti : pola pikir, emosi
b.   komponen fisiologis seperti : jantung bedebar, mules dan berkeringat. Respon ini disebut strain atau ketegangan.
C. Menurut Umar (1997) gejala stres dapat dilihat dari tiga sisi yaitu :
1. Gejala fisik
a.    Nafas memburu
b.   Tangan lembab
c.    Mulut dan kerongkongan kering
d.   Merasa panas
e.    Otot-otot tegang
f.    Sakit kepala
g.   Pencernaan terganggu
2. Tingkah laku (secara umum) perasaan
a.    Bingung, cemas, dan sedih
b.   Jengkel
c.    Salah paham, tak berdaya
d.   Kehilangan semangat
e.    Hilangnya kreativitas, gairah dalam berpenampilan, dan minat terhadap orang lain
2. Gejala- gejala ditempat kerja
a.    Kepuasan kerja rendah
b.   Kinerja menurun
c.    Komunikasi tak lancer
d.   Pengambilan keputusan yang jelek
D. Prinsip respon stres psikologi dan stres fisik
Hans dalam Suharjo (2011) membagi prinsip respon stres psikologi dan stres fisik menjadi tiga fase, antara lain :
1.   Fase alarm fisiologis
Fase ini dikenal dengan fase fisiologis atau fase alarm atau reaksi flight (menghindari atau lari) atau fight (melawan) sebagai reaksi siaga tubuh terhadap ancaman dari luar. Pada fase ini, ancaman atau stressor akan mengaktifkan sirkuit stres atau aksis hipotalus, pituitary, kelenjar adrenal (aksis HPA) untuk memproduksi hormon stres diarahkan untuk melindungi tubuh agar tetap eksis terhadap ancaman
2.   Fase resistensi atau penyesuaian diri (tahap perlawanan)
Jika tubuh diserang dan berpotensi menimbulkan kerusakan, sesegera mungkin tubuh akan bereaksi mempertahankan diri. Segala sumber diarahkan untuk melawan ancaman atau stres. Baik bersifat biologis (sistem kekebalan hormonal dsb) dan mekanisme pembelaan ego dikerahkan untuk menuju keadaan homeostasis.
3.    Fase kelelahan
Sumber daya tubuh sudah terkuras habis dan tubuh tidak mampu melawan tekanan yang ada. Fase kelelahan berlangsung lama, organ-organ tubuh akan mengalami kerusakan dan akhirnya mengalami muncul berbagai penyakit. Demikian hal-nya mekanisme pembelaan diri secara psikologis sudah tidak berdaya seseorang jatuh dalam gangguan jiwa, bersifat ringan atau sedang (kecemasan, phobia, depresi) atau bahkan sakit jiwa yang berat (psikosis).
E. Sumber stres psikologis
Menurut Maramis (dalam Sunaryo, 2004) sumber stres lebih dikenal sebagai stressor yaitu stimulasi, kondisi, keadaan, yang menimbulkan tegangan diluar batas kemampuan individu
Ada empat sumber atau penyebab stres psikologis yaitu
1.   Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan dll).


2.   Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approachconflict,approach-avoidence conflict, atau avoidance conflict.
3.   Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari individu, misalnya cita- cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal dari luar misalnya orang tua menuntuk anaknya agar di sekolah selalu rangking satu atau istri menuntut uang belanja berlebihan kepada suami.
4.   Krisis
Yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada individu misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit yang harus segera dioprasi. Keadaan stres dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi+konflik+tekanan.

F. Tahapan stres
Menurut Hawari (dalam Sunaryo,2004  ) bahwa tahapan stres sebagai berikut :
1.   Stres tahap pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar atau berlebih, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan penglihatan yang tajam
2.   Stres tahap kedua yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfot), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal tersebut karena tenaga tak kendali.
3.   Stres ketiga yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defeksi tidak teratur (kadang-kadang diare) otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia) bangun terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late insomnia) bangun tubuh terganggu dan mau jatuh pingsan.
4.   Tahap keempat yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo) aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu (gangguan pola tidur), sering menolak ajakan, konsetrasi dan daya ingatan menurun, serta timbul kekuatan dan kecemasan.
5.   Stres tahap kelima yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental (psycal and psycholical exhaustion) ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.
6.   Stres tahap keenam (paling berat) yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keringatan, loyo, serta pingsan atau collaps.  
G. Pendekatan stres
Stres besifat universality yaitu semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapan, gejala atau perilaku yang ditunjukkan sebagai akibat dari yang berbeda atau diversity setiap individu. Sesuai dengan karateristik individu maka respon terhadap stres berbeda-beda pada setiap orang. Respon yang bebeda dikarenakan koping (penanganan) yang digunakan oleh individu dengan sumber kemampuan yang berbeda, dan kemampuan individu dalam mengatasi stres, sehingga stres yang sama akan mempunyai dampak yang berbeda     
Koping merupakan cara berpikir dan bereaksi yang ditunjukan untuk mengatasi beban atau transaksi yang menyakitkan (stressor), Tamher (2009).
Keith Davis dan John W. Newstrom, (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa “Four approaches that of ten involve employee and management cooperation forstres management are social support, meditation, biofeedback and personal wellness programs”.
Empat pendekatan terhadap stres kerja, antara lain :
1.   Pendekatan dukungan sosial
dilakukan melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan, misalnya bermain game dan bercanda;
2.   Pendekatan biofeedback
dilakukan melalui bimbingan medis yakni melalui bimbingan dokter, psikiater, dan psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang dialaminya;
3.   Pendekatan kesehatan pribadi
merupakan pendekatan preventif  sebelum terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga secara teratur;
4.   Pendekatan meditasi
dilakukan melalui penenangan pikiran, dzikir, dan olah raga pernafasan.
Tiga cara pokok yang dapat digunakan untuk menghadapi stres, yaitu:
1.   Memperlakukan symptom dari stres
yakni cara ini dapat membantu orang yang mengalaminya, misalnya dengan menyediakan konsultasi, dan sebagainya.

2.   Ganti orang yang mengalami stres
yakni dengan  mengurangi kerentanan serta agar lebih baik dalam bereaksi atau mengalami stres. Cara ini disebut pula dengan istilah self-management of stress, yang antara lain meliputi senam kebugaran, diet, pengelolaan waktu yang lebih baik, dukungan dari keluarga, kolega atau dukungan sosial, dan sebagainya.

3.   Ganti atau hilangkan faktor-faktor yang menimbulkan stres
yakni untuk menghilangkan, melemahkan atau mengganti faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres, misalnya dengan mengurangi kebisingan, polusi, dan sebagainya.
Setelah kita mengetahui bagaimana menghadapi stres, maka stres dapat dikurangi, yaitu dengan cara:
1.   Mengurangi stres secara Individual
yakni strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a.    Penerapan manajemen waktu
Pengaturan waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenakan setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beribadah, dan waktu istirahat. Waktu bekerja antara jam tujuh pagi sampai jam enam sore, setelah itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat, di saat itulah diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
b.   Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik dan otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu tiga kali atau seminggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup melakukan olah raga yang ringan.
c.    Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi lelah dan diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi relaks. Menyegarkan otak yang sudah di pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai. Namun ada juga yang malakukan meditasi atau yoga.
d.   Perluasan jaringan dukungan sosial
Berhubungan dengan banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2.   Pendekatan Organisasional
a.    Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh. Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.
b.   Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang lebih baik.
Pada dasarnya kemampuan ilmu atau skil yang dimiliki oleh setiap orang mungkin akan berbeda satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang baik dan penyeleksian itu yang sangat diperlukan suatu perusahaan atau organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan, tentunya akan kesulitan.
c.    Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran organisasional.
Konflik dalam sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan terjadi. Peran organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
d.   Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non-profit. Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat nyata sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat dilihat dari skil yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak bersikap realistis dan selalu menekan anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
e.    Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi ketika bekerja itu kemungkinan terjadi karena faktor kerjaan yang sangat berat dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan yang sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah menumpuk maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah melakukan penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa dihindari dan bisa dikurangi.
f.    Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah kerja seseorang terutama dalam team work. Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g.   Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang dilakukan kepada psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa stres yang dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungkin bisa membantu keluar dari tekanan stres.
Mangkunegara (2005) menyatakan bahwa mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, ada tiga pola dalam mengatasi stres tersebut yaitu:
1.   Pola sehat 
Pola sehat merupakan pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi menjadi sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan tekanan cukup banyak.

2.   Pola harmonis
Pola harmonis merupakan pola menghadapi stres dengan kemampuan mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan yang penuh. Dengan demikian akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan lingkungan.

3.   Pola patalogis
Pola patologis merupakan pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa menimbulkan berbagai masalah yang buruk.

REFERENSI SUMBER :

Dian, I. (2008). Stress pada Anak. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Jonh, M., & dkk. (2006). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Mangkunegara, & Prabu, A. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pedak, M. (2009). Metode Supernol Menakhlukkan Stress. Jakarta: PT. Mizan Publika.
Suharjo, C. (2011). Kekuatan Diri yang Tidak Terbatas. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Tamher. (2009). Kesehatan Uia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Umar, H. (1997). Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.