Anggota Kelompok :
Achmad Nursidik : 13509020
Armono : 13509517
Imas Amalia : 15509505
Siti Utami : 13509449
TUGAS KE 2
STRES
A. Definisi Stres
Stres merupakan
kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang membebani kemapuan adaptasi individu, terutama berupa beban emosional dan kejiwaan, Tamher (2009).
Menurut John dkk (2006), Stres dapat digambarkan sebagai perasaan tegang, gelisah,
ataupun khawatir. Secara ilmiah semua perasaan ini
merupakan manifestasi dari pengalaman stres, suatu respon terprogram yang
kompleks untuk mempersiapkan ancaman yang dapat menimbulkan hasil positif
maupun negatif.
Sedangkan stres menurut Pedak (2009) merupakan respon yang tidak spesifik dari
tubuh terhadap tuntutan yang diterimanya, suatu fenomena universal dalam
kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang
mengalaminya.
Umar (1997) menyatakan stres sebagai suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi
emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang. Kondisi yang cenderung
menyebabkan stres disebut stresor.
Stres menurut Dian (2008) adalah
akibat dari suatu kejadian atau serangkaian pengalaman yang
dimaknai negative dan tidak dapat dihadapi atau dilalui oleh seorang anak atau individu.
Berdasarkan teori-teori stres yang
tertera diatas, tim penulis menyimpulkan definisi stres adalah suatu kondisi
yang tercipta atas rasa gelisah yang di miliki oleh seorang individu terhadap
satu atau beberapa hal yang harus individu tersebut hadapi. Perasaan gelisah
dan khawatir tersebut bisa menuntun individu yang merasakan untuk melakukan
satu atau beberapa tindakan sebagai respon individu terhadap perasaan gelisah
dan khawatir yang individu tersebut rasakan. Satu atau beberapa tindakan
tersebut bisa menghasilkan suatu tindakan yang positif maupun negatif, maksud dari
hasil tindakan positif adalah penanganan yang baik terhadap perasaan gelisah
dan khawatir yang dirasakan, dan maksud dari hasil tindakan negatif berupa
kondisi individu yang semakin terpuruk akibat perasaan negatif yang tidak
teratasi karena individu melakukan penanganan yang salah dan bahkan lari dari
masalah.
B. Beberapa macam stres menurut beberapa ahli :
Menurut John dkk (2006) Stres terbagi
menjadi 2 macam yaitu :
1.
Stres
respon adaftif
Stres respon adaftif merupakan konsekuensi dari
setiap tindakan, situasi, atau peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus
terhadap seseorang.
Stressor dari stres respon adaftif bisa berupa suatu peristiwa eksternal atau situasi yang secara potensial
membahayakan seseorang.
Stres respon, merupakan bentuk suatu respons terhadap sejumlah stimulus yang disebut stressor
yang merupakan peristiwa atau situasi eksternal yang secara potensial mengacam
atau berbahaya.
2.
Stres
stimulus
Stres stimulus merupakan anggapan stres sebagai
sejumlah karateristik atau peristiwa yang mungkin menghasilkan konsekuensi yang
tidak beraturan.
Defenisi tersebut merupakan definisi teknis dari
stres, diadopsi dari ilmu fisika,
stres merujuk pada kekuatan luar yang diaplikasi kepada suatu objek sebagai
contoh sebuah balok penompang jembatan. Responnya adalah “tegangan” yang
merupakan dampak dari kekuatan tersebut sebagai penompang jembatan.
Menurut Pedak (2009) stressor (sebagai stimulus stres) adalah variable yang
dapat diidenfikasikan sebagai penyebab timbulnya stres. Stressor dapat
berasal dari dalam diri, tubuh dan luar tubuh. Sumber stres dapat berupa
biologis atau fisiologis, proses kimiawi, psikologis, sosial dan spiritual. Terjadinya stressor
tersebut dipersepsikan individu sebagai ancaman sehingga mengakibatkan
kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik,
psikologis bahkan spiritual.
Stres sebagai respon (suatu rangsangan) yaitu
keadaan yang timbul pada saat invidu berhubungan dengan situasi tertentu.
Transaksi antara individu dengan situasi ini tidak mengganggu, hanya cara
individu menilai.
Respons mempunyai beberapa komponen, antara lain :
a.
komponen
psikologis seperti : pola pikir, emosi
b. komponen fisiologis seperti : jantung bedebar, mules dan berkeringat. Respon ini
disebut strain atau ketegangan.
C. Menurut Umar (1997) gejala stres dapat dilihat dari tiga
sisi yaitu :
1. Gejala fisik
a.
Nafas
memburu
b.
Tangan
lembab
c.
Mulut dan
kerongkongan kering
d.
Merasa
panas
e.
Otot-otot tegang
f.
Sakit
kepala
g. Pencernaan terganggu
2. Tingkah laku (secara umum) perasaan
a.
Bingung,
cemas, dan sedih
b.
Jengkel
c.
Salah
paham, tak berdaya
d.
Kehilangan
semangat
e. Hilangnya kreativitas, gairah dalam berpenampilan,
dan minat terhadap orang lain
2. Gejala- gejala ditempat kerja
a.
Kepuasan
kerja rendah
b.
Kinerja
menurun
c.
Komunikasi
tak lancer
d. Pengambilan keputusan yang jelek
D. Prinsip respon stres psikologi dan
stres fisik
Hans dalam Suharjo (2011) membagi prinsip respon stres psikologi
dan stres fisik menjadi tiga fase, antara lain :
1.
Fase alarm
fisiologis
Fase ini dikenal dengan fase fisiologis atau fase alarm atau reaksi flight (menghindari atau lari) atau fight (melawan) sebagai reaksi siaga tubuh terhadap ancaman dari luar.
Pada fase ini, ancaman atau stressor akan mengaktifkan sirkuit stres atau aksis hipotalus, pituitary, kelenjar adrenal (aksis
HPA) untuk memproduksi hormon stres diarahkan untuk melindungi tubuh agar
tetap eksis terhadap ancaman
2.
Fase
resistensi atau penyesuaian diri (tahap perlawanan)
Jika tubuh diserang dan berpotensi menimbulkan kerusakan, sesegera mungkin tubuh akan bereaksi mempertahankan diri. Segala
sumber diarahkan untuk melawan ancaman atau stres. Baik bersifat biologis (sistem kekebalan hormonal
dsb) dan mekanisme pembelaan ego dikerahkan untuk menuju keadaan homeostasis.
3.
Fase
kelelahan
Sumber daya tubuh sudah terkuras habis dan tubuh tidak mampu melawan
tekanan yang ada. Fase kelelahan berlangsung lama, organ-organ tubuh akan mengalami kerusakan dan akhirnya mengalami
muncul berbagai penyakit. Demikian hal-nya mekanisme pembelaan diri secara psikologis sudah tidak
berdaya seseorang jatuh dalam gangguan jiwa, bersifat ringan atau sedang
(kecemasan, phobia, depresi) atau bahkan sakit
jiwa yang berat (psikosis).
E. Sumber stres psikologis
Menurut Maramis (dalam Sunaryo, 2004) sumber stres lebih dikenal sebagai stressor yaitu stimulasi, kondisi, keadaan, yang menimbulkan tegangan diluar
batas kemampuan individu
Ada empat sumber atau penyebab stres psikologis yaitu
1.
Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang.
Frustasi bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan
usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai,
kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan dll).
2.
Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approachconflict,approach-avoidence
conflict, atau avoidance conflict.
3.
Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari.
Tekanan dapat berasal dari individu, misalnya cita- cita atau norma yang terlalu tinggi. Tekanan yang berasal
dari luar misalnya orang tua menuntuk anaknya agar di sekolah selalu rangking
satu atau istri menuntut uang belanja berlebihan kepada suami.
4.
Krisis
Yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres
pada individu misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan, dan penyakit
yang harus segera dioprasi. Keadaan stres dapat terjadi dikarenakan oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya
frustasi+konflik+tekanan.
F. Tahapan stres
Menurut Hawari (dalam Sunaryo,2004 ) bahwa tahapan stres sebagai berikut :
1.
Stres tahap
pertama (paling ringan) yaitu stres yang disertai perasaan nafsu bekerja yang
besar atau berlebih, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga
yang dimiliki dan penglihatan yang tajam
2.
Stres tahap
kedua yaitu stres yang disertai keluhan seperti bangun pagi
tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah
sesudah makan, tidak dapat rileks,
lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfot), jantung berdebar, otot tengkuk, dan punggung tegang. Hal
tersebut karena tenaga tak kendali.
3.
Stres
ketiga yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti defeksi tidak teratur (kadang-kadang diare) otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur
kembali (middle insomnia) bangun
terlalu pagi dan sulit tidur kembali (late
insomnia) bangun tubuh terganggu dan mau jatuh pingsan.
4.
Tahap keempat
yaitu tahapan stres dengan keluhan seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari (loyo) aktivitas pekerjaan terasa
sulit dan menjenuhkan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu (gangguan pola tidur), sering menolak ajakan, konsetrasi dan daya ingatan
menurun, serta timbul kekuatan dan kecemasan.
5.
Stres tahap
kelima yaitu tahapan stres yang ditandai dengan
kelelahan fisik dan mental (psycal and psycholical exhaustion) ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan,
gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.
6. Stres tahap keenam (paling berat) yaitu tahapan
stres dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak
napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keringatan, loyo, serta pingsan atau collaps.
G. Pendekatan stres
Stres besifat universality yaitu semua orang dapat merasakannya
tetapi cara pengungkapan,
gejala atau perilaku yang ditunjukkan sebagai akibat dari yang berbeda atau diversity setiap individu. Sesuai dengan karateristik individu maka
respon terhadap stres berbeda-beda pada setiap orang. Respon yang bebeda dikarenakan koping (penanganan) yang digunakan oleh individu dengan sumber kemampuan yang
berbeda, dan kemampuan individu dalam mengatasi stres, sehingga stres yang sama akan mempunyai dampak yang
berbeda
Koping merupakan
cara berpikir dan bereaksi yang ditunjukan untuk mengatasi beban atau transaksi
yang menyakitkan (stressor), Tamher (2009).
Keith Davis dan
John W. Newstrom, (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa “Four
approaches that of ten involve employee and management cooperation
forstres management are social support, meditation, biofeedback and
personal wellness programs”.
Empat pendekatan terhadap
stres kerja, antara lain :
1.
Pendekatan dukungan sosial
dilakukan
melalui aktivitas yang bertujuan memberikan kepuasan sosial kepada karyawan,
misalnya bermain game dan bercanda;
2.
Pendekatan biofeedback
dilakukan
melalui bimbingan medis yakni melalui bimbingan dokter, psikiater, dan
psikolog, sehingga diharapkan karyawan dapat menghilangkan stres yang
dialaminya;
3.
Pendekatan kesehatan pribadi
merupakan
pendekatan preventif sebelum
terjadinya stres. Dalam hal ini karyawan secara periode waktu yang kontinyu
memeriksa kesehatan, melakukan relaksasi otot, pengaturan gizi, dan olahraga
secara teratur;
4.
Pendekatan meditasi
dilakukan melalui penenangan pikiran, dzikir, dan olah raga pernafasan.
Tiga cara pokok yang dapat digunakan untuk
menghadapi stres, yaitu:
1.
Memperlakukan symptom dari
stres
yakni cara ini dapat membantu orang yang mengalaminya, misalnya dengan
menyediakan konsultasi, dan sebagainya.
2.
Ganti orang yang mengalami stres
yakni
dengan mengurangi kerentanan serta agar lebih baik dalam bereaksi
atau mengalami stres. Cara ini disebut pula dengan istilah self-management
of stress, yang antara lain meliputi senam kebugaran, diet,
pengelolaan waktu yang lebih baik, dukungan dari keluarga, kolega atau dukungan
sosial, dan sebagainya.
3.
Ganti atau hilangkan
faktor-faktor yang menimbulkan stres
yakni untuk menghilangkan, melemahkan atau mengganti faktor-faktor
yang dapat menimbulkan stres, misalnya dengan mengurangi kebisingan, polusi,
dan sebagainya.
Setelah kita mengetahui bagaimana
menghadapi stres, maka stres dapat dikurangi, yaitu dengan cara:
1.
Mengurangi stres secara Individual
yakni strategi yang
dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi individual ini bisa
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a.
Penerapan manajemen
waktu
Pengaturan
waktu yang sangat tepat akan menjamin seseorang tidak akan menjadi stres. Dikarenakan
setiap orang pastinya memiliki rasa lelah yang sangat besar dan perlukan
pembagian waktu untuk istirahat dan merelaksasikan tubuh dari kepadatan jadwal
kerja. Pola pembagian waktu yang baik antar waktu bekerja, beribadah, dan waktu
istirahat. Waktu bekerja antara jam tujuh pagi sampai jam enam sore, setelah
itu kemungkinan daya tingkat kejenuhan seseorang akan meningkat, di saat itulah
diperlukan istirahat yang cukup untuk mengembalikan rasa lelah.
b. Penambahan waktu olah raga
Dalam tubuh manusia
diperlukan olah raga yang dapat mengatur dan merangsang syaraf motorik dan
otot-otot sehingga membuat badan kita menjadi bugar. Ketahanan fisik yang
dimiliki pun akan semakin baik. Olah raga pun bisa dilakukan seminggu tiga kali
atau seminggu sekali. Bisa dengan joging di pagi atau di sore hari, cukup
melakukan olah raga yang ringan.
c. Pelatihan relaksasi
Setelah melakukan
kerja yang cukup padat dan banyak, tentunya membuat tubuh menjadi lelah dan
diperlukan relaksasi yang membantu menenangkan tubuh yang tegang menjadi relaks. Menyegarkan otak yang sudah di
pakai untuk bekerja setiap hari. Cara yang ampuh dalam relaksasi bisa dengan
mendengarkan musik atau menonton film sambil bersantai. Namun ada juga yang
malakukan meditasi atau yoga.
d. Perluasan jaringan dukungan sosial
Berhubungan dengan
banyak orang memang sanagt diperlukan. Selain dengan mempermudah dalam
pekerjaan, dengan memiliki banyak jaringan pertemanan juga bisa kita manfaatkan
sebagi tempat berbagi dalam memecahkan masalah yang di alami. Terkadang setiap
orang hal seperti ini sangat diperlukan sekali. Karena itu manusia adalah
makhluk sosial yang saling butuh membutuhkan.
2.
Pendekatan
Organisasional
a.
Menciptakan iklim
organisasional yang mendukung.
Banyak organisasi
besar saat ini cenderung memformulasi struktur birokratik yang tinggi yang menyertakan infleksibel. Ini dapat membawa stres kerja yang sungguh-sungguh.
Strategi pengaturan mungkin membuat struktur lebih desentralisasi dan organik dengan membuat keputusan partisipatif
dan aliran keputusan ke atas. Perubahan struktur dan proses struktural mungkin
akan menciptakan iklim yang lebih mendukun bagi pekerja, memberikan mereka
lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan mereka, dan mungkin akan mencegah atau
mengurangi stres kerja mereka.
b. Adanya penyeleksian personel dan penempatan kerja yang
lebih baik.
Pada dasarnya
kemampuan ilmu atau skil yang dimiliki oleh setiap orang mungkin akan berbeda
satu dengan yang lainnya. Penempatan kerja yang sesuai dengan keahlian sangat
menunjang sekali terselesaikannya suatu pekerjaan. Penyesuaiaan penempatan yang
baik dan penyeleksian itu yang sangat diperlukan suatu perusahaan atau
organisasi agar setiap tujuan dapat tercapai dengan baik. Seperti halnya
seorang petani yang tidak tahu bagaimana seorang nelayan yang mencari ikan,
tentunya akan kesulitan.
c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran
organisasional.
Konflik dalam
sebuah organisasi mungkin adalah hal yang wajar dan mungkin sering juga
terjadi. Konflik apapun yang terjedi tentunya akan menimbulkan ketidak jelasan
peran suatu organisasional tersebut. Mengidentifikasi konflik penyebab stres
itu sangat diperlukan guna mengurangi atau mencegah stres itu sendiri. Setiap
bagian yang dikerjakan membutuhkan kejelasan atas setiap konflik sehingga ambigious itu tidak akan terjadi. Peran
organisasi itu yang bisa mengklarifikasikan suatu konflik yang terjadi sehingga
terjadilah suatu kejelasan dan bisa menegosiasikan konflik.
d. Penetapan tujuan yang realistis.
Setiap organisasi
pastinya memiliki suatu tujuan yang pasti. Baik bersifat profit maupun non-profit.
Namun tujuan organisasi itu harus juga bersifat nyata sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemampuan suatu organisasi dapat
dilihat dari skil yang dimiliki oleh setiap orang anggotanya. Dengan tujuan
yang jelas dan pasti tentunya juga sesuai dengan kemampuan anggotanya maka
segala tujuan pasti akan tercapai pula. Namun sebaliknya jika organisasi tidak
bersikap realistis dan selalu menekan
anggotanya tanpa adanya kordinasi yang jelas stres itu akan timbul.
e. Pendesainan ulang pekerjaan.
Stres yang terjadi
ketika bekerja itu kemungkinan terjadi karena faktor kerjaan yang sangat berat
dan menumpuk. Cara menyikapi dan mengatur program kerja yang baik adalah
membuat teknik cara pengerjaannya. Terkadang setiap orang mengerjakan pekerjaan
yang sulit terlebih dahulu dari pada yang mudah. Seseorang akan terasa malas
dan enggan untuk mengerjakan pekerjaannya ketika melihat tugas yang sudah
menumpuk maka akan timbul stres. Strategi yang dilakukan adalah melakukan
penyusunan pekerjaan yang mudah terlebih dahulu atau pekerjaan yang dapat
dikerjakan terlebih dahulu. Sedikit demi sedikit pekerjaan yang menumpuk pun
akan terselesaikan. Dengan kata lain stres pun bisa dihindari dan bisa
dikurangi.
f. Perbaikan dalam komunikasi organisasi.
Komunikasi itu
sangatlah penting sekali dalam berorganisasi. Komunikasi dapat mempermudah
kerja seseorang terutama dalam team work.
Sesama anggota yang tergabung dalam satu kelompok selalu berkordinasi dan
membicarakan program yang akan dilakukan. Komunikasinya pun harus baik dan
benar. Perbedaan cara kordinasi dan instruksi ke atasan mau pun bawahan. Sering
sekali terjadi kesalahan dan tidak mampu menempatkan posisi dan jabatan
sehingga terjadi kesalahan dalam mengkomunikasikan.
g. Membuat bimbingan konseling
Bimbingan konseling
ini bisa dirasakan cukup dalam mengatasi stres. Konseling yang dilakukan kepada
psikolog yang lebih kompeten dalam masalah kejiwaan seseorang. Psikologis
seseorang terganggu sekali ketika stres itu menimpa. Rasa yang tidak tahan dan
ingin keluar dari tekanan-tekanan yang dirasakan tentunya akan menambah rasa
stres yang dihadapinya. Konseling dengan psikolog sedikitnya mungkin bisa
membantu keluar dari tekanan stres.
Mangkunegara (2005) menyatakan
bahwa mendeteksi penyebab stres dan bentuk reaksinya, ada tiga pola dalam
mengatasi stres tersebut yaitu:
1.
Pola sehat
Pola sehat merupakan
pola menghadapi stres yang terbaik, yaitu dengan kemampuan mengelola perilaku
dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan gangguan, akan tetapi
menjadi sehat dan berkembang. Mereka yang tergolong kelompok ini biasanya mampu
mengelola waktu dan kesibukan dengan cara yang baik dan teratur sehingga ia
tidak perlu merasa ada sesuatu yang menekan meskipun sebenarnya tantangan dan
tekanan cukup banyak.
2.
Pola harmonis
Pola harmonis merupakan pola menghadapi stres dengan kemampuan
mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan berbagai
hambatan. Dalam pola ini, individu mampu mengendalikan berbagai kesibukan dan
tantangan dengan cara mengatur waktu secara teratur. Ia pun selalu menghadapi
tugas secara tepat, dan kalau perlu ia mendelegasikan tugas-tugas tertentu
kepada orang lain dengan memberikan kepercayaan yang penuh. Dengan demikian
akan terjadi keharmonisan dan keseimbangan antara tekanan yang diterima dengan
reaksi yang diberikan. Demikian juga terhadap keharmonisan antara dirinya dan
lingkungan.
3.
Pola patalogis
Pola patologis
merupakan pola menghadapi stres dengan berdampak berbagai gangguan fisik maupun
sosial-psikologis. Dalam pola ini, individu akan menghadapi berbagai tantangan
dengan cara-cara yang tidak memiliki kemampuan dan keteraturan mengelola tugas
dan waktu. Cara ini dapat menimbulkan reaksi-reaksi yang berbahaya karena bisa
menimbulkan berbagai masalah yang buruk.
REFERENSI SUMBER :
Dian, I. (2008). Stress pada Anak. Jakarta :
PT. Elex Media Komputindo.
Jonh, M., & dkk. (2006). Perilaku dan Manajemen
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Mangkunegara, & Prabu, A. (2004). Manajemen Sumber
Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Pedak, M. (2009). Metode Supernol Menakhlukkan Stress.
Jakarta: PT. Mizan Publika.
Suharjo, C. (2011). Kekuatan Diri yang Tidak Terbatas.
Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tamher. (2009). Kesehatan Uia Lanjut dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Umar, H. (1997). Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar